kami disini...wahai
wakil rakyat
Mereka
punya telinga, tapi entah mengapa mereka mendadak tuli, ketika kami sedang
menjerit sakit menahan perihnya perut yang terlilit rasa lapar.
Mereka
juga tak mendengar ketika kami meronta dan berteriak memperjuangkan hak di atas
kebenaran yang tertindih ketidakadilan akan hukum.
Mereka pura-pura tak mendengar ketika angin
kencang dan suara ganas letusan gunung
api telah mengguncang dan memporakporandakan rumah kecil kami.
Mereka
punya mata, tapi entah mengapa mereka juga mendadak buta, ketika sekolah kami
yang rusak diterpa bencana alam, mengalami ketidaklayakan, bahkan tak berwujud
ruangan segi empat, hanya mereka lihat dengan satu mata dan menjadikan hal itu
biasa..
Tak
melihatkah mereka, kami harus putus sekolah dan berjuang mencari nafkah di
pinggir-pinggir jalan membawa gelas usang dan mengharap beberapa receh dari
orang lain, agar dapat kami tukar dengan sebungkus nasi.
Di
sini kami menangis, menyaksikan rumah kami yang disapu angin puting beliung, di
rendam banjir, dan dirobohkan getaran gempa bumi,
Di
sini Kami memendam pedih dan rasa dingin, ketika memandang langit-langit rumah
kami yang berlubang dan selalu meneteskan air di kala hujan turun, apalagi
anyaman bambu serta papan-papan tipis yang menjadi dinding rumah kami tiba-tiba
jebol diterjang angin topan,
Bahkan
kami yang disini, hanya tidur beralaskan kardus tipis dan berselimut kertas
koran, di bawah jembatan tua yang menjadi tempat untuk berteduh dan melepas
lelah,
Tapi
lihatlah mereka yang di sana,
mereka yang sedang duduk di atas hangat dan
lembutnya kursi yang dibalut dengan harga jutaan rupiah itu, tengah sibuk
mengumandangkan rencana pembuatan dan perbaikan besar-besaran untuk sekedar
kenyamanan dan kemewahan di bawah gedung tempat hak dan kesejahteraan kami yang
seharusnya mereka perjuangkan,
mereka
yang kami percayai untuk mejadi pemimpin kami menuju perubahan yang lebih baik,
tengah bersemangat menimbun harta untuk berfoya-foya menikmati keberhasilannya
menjadi seorang koruptor,
mereka
yang kami andalkan ketika kami tengah terdera susah nan pedih, mereka berlari
ke negara lain untuk sekedar berlibur dan memanjakan diri dengan fasilitas yang
terbalut biaya jutaan rupiah,
ya
Tuhan..........
kami
marah......kami sedih.......kami bingung .....kami kecewa.......kami
terpukul......kami tertinggal.....kami teracuhkan.....kami terbuang.....kami
dilupakan......
tolong....Tuhan,
bukakanlah...mata hati mereka.....untuk Indonesia yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar