Kamis, 16 Agustus 2012

syairku


kami disini...wahai wakil rakyat
Mereka punya telinga, tapi entah mengapa mereka mendadak tuli, ketika kami sedang menjerit sakit menahan perihnya perut yang terlilit rasa lapar.
Mereka juga tak mendengar ketika kami meronta dan berteriak memperjuangkan hak di atas kebenaran yang tertindih ketidakadilan akan hukum.
 Mereka pura-pura tak mendengar ketika angin kencang dan  suara ganas letusan gunung api telah mengguncang dan memporakporandakan rumah kecil kami.
Mereka punya mata, tapi entah mengapa mereka juga mendadak buta, ketika sekolah kami yang rusak diterpa bencana alam, mengalami ketidaklayakan, bahkan tak berwujud ruangan segi empat, hanya mereka lihat dengan satu mata dan menjadikan hal itu biasa..
Tak melihatkah mereka, kami harus putus sekolah dan berjuang mencari nafkah di pinggir-pinggir jalan membawa gelas usang dan mengharap beberapa receh dari orang lain, agar dapat kami tukar dengan sebungkus nasi.
Di sini kami menangis, menyaksikan rumah kami yang disapu angin puting beliung, di rendam banjir, dan dirobohkan getaran gempa bumi,
Di sini Kami memendam pedih dan rasa dingin, ketika memandang langit-langit rumah kami yang berlubang dan selalu meneteskan air di kala hujan turun, apalagi anyaman bambu serta papan-papan tipis yang menjadi dinding rumah kami tiba-tiba jebol diterjang angin topan,
Bahkan kami yang disini, hanya tidur beralaskan kardus tipis dan berselimut kertas koran, di bawah jembatan tua yang menjadi tempat untuk berteduh dan melepas lelah,
Tapi lihatlah mereka yang di sana,
 mereka yang sedang duduk di atas hangat dan lembutnya kursi yang dibalut dengan harga jutaan rupiah itu, tengah sibuk mengumandangkan rencana pembuatan dan perbaikan besar-besaran untuk sekedar kenyamanan dan kemewahan di bawah gedung tempat hak dan kesejahteraan kami yang seharusnya mereka perjuangkan,
mereka yang kami percayai untuk mejadi pemimpin kami menuju perubahan yang lebih baik, tengah bersemangat menimbun harta untuk berfoya-foya menikmati keberhasilannya menjadi seorang koruptor,
mereka yang kami andalkan ketika kami tengah terdera susah nan pedih, mereka berlari ke negara lain untuk sekedar berlibur dan memanjakan diri dengan fasilitas yang terbalut biaya jutaan rupiah,
ya Tuhan..........
kami marah......kami sedih.......kami bingung .....kami kecewa.......kami terpukul......kami tertinggal.....kami teracuhkan.....kami terbuang.....kami dilupakan......
tolong....Tuhan, bukakanlah...mata hati mereka.....untuk Indonesia yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar